our lady of Benneux

For Sale

Not For Sale

Penampakan Santa Perawan Maria di Banneux, Belgia, ini telah disetujui sepenuhnya oleh Tahta Suci pada tahun 1949.

—————————

Januari 1933, Mareitte Beco berusia 11 tahun. Dia lahir pada 25 Maret 1921 dan merupakan anak tertua dari sebuah keluarga dengan tujuh anak. Keluarganya yang cukup miskin tinggal di sebuah rumah sederhana kelas pekerja, terisolasi dan terlindung dari jalan raya, di ujung hutan.

Pada hari Minggu sore, 15 Januari, Maria menampakkan diri untuk pertama kalinya di taman dari rumah kecil ini. Sang Bunda memberi isyarat kepada dia. Mariette ingin pergi keluar, namun ibunya mencegahnya dan mengunci pintu.

Pada hari Rabu, 18 Januari, jam 7 malam, Mariette berada di taman tersebut sambil berlutut. Tangannya terkatup berdoa. Tiba-tiba dia meninggalkan taman dan mulai berjalan ke jalan raya di mana Sang Bunda sementara memanggilnya, Dua kali dia berlutut di atas tanah yang membeku. Yang ketiga, dia berlutut dekat aliran di depan kolam yang mengalir dari sebuah mata air.

Sang Bunda berkata kepadanya, “Celupkan tanganmu ke dalam air.” Mariette melakukannya. Dia mengulangi apa yang Sang Bunda barusan katakan, “Mata air ini disediakan untuk aku. Selamat malam, selamat tinggal.”

Pada hari Kamis, 19 Januari, cuaca buruk. Mariette sementara berlutut di bagian jalan itu. Saat itu jam 7 malam ketika Sang Bunda menampakkan diri.

Mariette bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, perempuan cantik ?”

Aku adalah Perawan dari Kaum Miskin [I am the Virgin of the Poor].

Sang Perawan kemudian membimbing anak itu ke mata air itu. Mariette mengajukan pertanyaan lain.

“Perempuan cantik, kemarin engkau mengatakan ‘mata air ini disediakan untuk aku’ mengapa untuk aku?” Mariette menunjuk dirinya sendiri.

Sambil terus tersenyum, Sang Perawan menjawab, “mata air ini disediakan untuk semua bangsa… untuk orang-orang sakit.”

Mariette menjawab, “Terima kasih, terima kasih.”

Sang Perawan lalu berkata, “Aku akan berdoa untuk engkau. Selamat tinggal.”

Pada hari Jumat, 20 Januari, Mariette tinggal di tempat tidur sepanjang hari setelah tidak tidur sepanjang malam. Sekitar 6:45 sore, dia bangun, mengenakan pakaian dan pergi keluar. Ketika Sang Perawan menampakkan diri, dia berteriak, “Itu dia.” Kemudian dia mulai berbicara kepada Sang Perempuan cantik.

“Apa Yang engkau inginkan, bundaku cantik ?!

Sang Perawan menjawab sambil tersenyum, “Aku menginginkan sebuah kapel kecil.”

Dia membentangkan tangannya dan memberkati anak tersebut dengan  tangan kanan.

Tiga minggu selanjutnya sepi. Tidak ada penampakan. Namun demikian, Mariette setia berdoa setiap hari di taman pukul 7 malam.

Pada hari Sabtu, 11 Februari, Mariette berada di jalan raya. Dia berlutut dua kali, mencelupkan kedua tangannya ke dalam mata air itu dan membuat tanda salib. Tiba-tiba dia berdiri, berlari menuju rumah dan menangis. Dia tidak mengerti apa yang Sang Perawan katakan, “Aku datang untuk meringankan penderitaan.” Dia tidak mengerti arti dari kata “untuk meringankan” itu.

Tiga hari berlalu. Pada hari Rabu sore, 15 Februari, Sang Perawan menampakkan diri untuk keenam kalinya. Mariette meneruskan permintaan Rm Jamin kepada Sang Perawan.

“Pastor paroki memohon sebuah tanda dari engkau.”

Sang Perawan menjawab “Percayalah aku, aku akan percaya kamu.”

“Berdoalah yang banyak. Selamat tinggal.”

Sang Perawan menceritakan sebuah rahasia kepada anak tersebut.

Pada 20 Februari, Mariette berlutut lagi di atas salju, menantang dingin. Tiba-tiba dia berdoa rosario lebih keras dan lebih cepat. Dia meninggalkan taman dan berlutut dua kali di atas jalan raya, dan lagi di mata air di mana dia berdoa dan menangis “karena dia pergi begitu cepat”.

Maria berkata kepadanya, “Anakku terkasih, berdoalah keras.”

Mariette menunggu 10 hari sebelum bertemu dengan Sang Perawan untuk terakhir kalinya. Dia menampakkan diri pada hari Kamis, 2 Maret. Hujan lebat sudah turun membasahi bumi sejak jam 3 sore. Jam 7 malam, Mariette keluar, Dia sementara mendaraskan rosario ketiga ketika hujan tiba-tiba berhenti. Dia tetap membisu, membentangkan lengannya, bangkit, berjalan selangkah ke depan dan berlutut. Di rumah, Mariette mengungkapkan pesan yang dipercayakan Maria kepadanya.

Aku adalah Bunda Penebus, Bunda Allah. Berdoalah yang banyak.

Sang Perawan kemudian meletakkan tangan kepadanya dan berkata, “Sampai berjumpa lagi.”


Sumber: http://www.banneux-nd.be/gb/accueil.gb.htm